Selasa, 23 Agustus 2016

Menyelami Makna dan Tradisi Paska

Paska, dalam buku Ancient Israel, karangan Roland de Vaux, vol. 2, (First McGraw-Hill Paperback Edition, 1965), p. 488-493 diterangkan artinya demikian: Paska atau Passover (bhs Inggris), berasal dari kata Pesah (bhs Ibrani). Kitab Suci menghubungkan kata itu dengan akar kata psh, yang artinya ‘timpang atau melangkahi atau melewati’ (lih. 2 Sam 4:4,  1Raj 18:21). Dalam tulah terakhir kepada bangsa Mesir, Allah melangkahi atau melewati rumah-rumah yang melakukan persyaratan Paska (Kel 12:13,23,27). Ada teori lain yang menghubungkan kata pesah tersebut dengan kata Akkadian, pashahu, artinya, mendamaikan atau menenangkan. Tetapi kalau dilihat dalam konteks Paska Yahudi, arti ini tidak atau belum ada. Ada juga teori modern yang lain yang menghubungkan dengan pesah dengan kata bahasa Mesir, yang kalau diartikan adalah ‘sebuah pukulan’, sebagaimana memang bangsa Mesir seolah dipukul oleh tulah dari Allah (lih. Kel 11:1, 12:12,13,23,27,29). Namun argumen ini tidaklah kuat, karena sulitlah diterima bahwa bangsa Israel dapat memberikan istilah dari bahasa Mesir, suatu kebiasaan yang menjadi tradisi bangsa mereka sendiri (Yahudi), apalagi tradisi tersebut adalah tradisi yang menentang bangsa Mesir, yaitu pada saat mereka memperingati bebasnya mereka dari bangsa Mesir.
Di luar asal usul kata, bagi bangsa Israel, awalnya perayaan Pesah nampaknya dirayakan oleh para gembala, yang mengurbankan hewan muda mereka, dengan harapan mereka agar kawanan hewan gembalaan bertumbuh subur. Perayaan pesah ini kemudian digabungkan dengan satu perayaan lain, yaitu perayaan Roti tidak beragi, sebuah perayaan pertanian yang baru mulai dirayakan setelah bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan. Perayaan ini dikaitkan dengan perhitungan minggu, dan dilakukan selama seminggu (Kel 23:15; 34:18), dari satu Sabat ke Sabat berikutnya (Kel 12:16, Ul 16:8; Im 23:6-8). Perayaan panen, ditetapkan pada tujuh minggu setelah perayaan Roti tidak beragi (Im 23:15; Ul 16:9). Kemudian kedua perayaan tersebut, Paska dan Roti tidak beragi, yang sama-sama dirayakan di musim semi, digabungkan menjadi satu. Perayaan Paska yang sudah ditetapkan pada bulan purnama, tidak diubah, dan perayaan Roti tidak beragi disertakan pada perayaan tersebut, dan dirayakan selama 7 hari (lih. Im 23:5-8). Tradisi kitab-kitab Musa (Pentateukh) menghubungkan perayaan masing-masing perayaan, Roti tidak beragi (Kel 23:15; 34:18; Ul 16:3) atau Paska (Ul 16:1 dan 6), atau keduanya, Paska dan Roti tidak beragi (Kel 12:12-39), dengan dibebaskannya bangsa Israel dari Mesir. Kedua ritus kedua perayaan tersebut digabungkan dalam kisah keluaran bangsa Israel.
Maka walau kedua perayaan itu sudah ada sebelum bangsa Israel lahir sebagai bangsa, namun ada suatu saat, di mana Tuhan mengintervensi, yaitu saat Ia membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, dan ini menandai terbentuknya israel sebagai satu bangsa sebagai bangsa pilihan Allah. Proses pembebasan ini mencapai puncaknya saat mereka masuk ke Tanah Terjanji. Kedua perayaan tersebut, Paska dan perayaan Roti tidak beragi, memperingati kejadian ini, sehingga inilah yang juga dirayakan sampai kepada zaman Kristus dan para Rasul. Dengan menyadari bahwa peringatan Paska Yahudi dan perayaan Roti Tidak beragi berlangsung selama 7 hari, kita melihat bahwa kejadian sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus memang terjadi di sekitar jangka waktu perayaan tersebut. Kebangkitan Tuhan Yesus yang terjadi di hari pertama minggu, artinya setelah hari Sabat berakhir, menjadi puncak penggenapan kedua perayaan tersebut dan menyempurnakan maknanya.
Paska atau Pesah  berarti ‘melangkahi atau melewati.’ Dalam hal ini konteksnya adalah Allah melangkahi (rumah-rumah umat-Nya yang ditandai dengan darah kurban anak domba) untuk menghantar mereka mencapai Tanah Terjanji. Maka arti kata ‘melangkahi arti melewati’ ini selalu tidak berdiri sendiri, namun terkait dengan keadaan berikut yang dituju oleh proses melangkahi atau melewati. Dengan berpegang kepada arti ini, tak mengherankan jika kemudian Gereja menghubungkan perayaan Paska ini dengan perayaan Kebangkitan Yesus Sang Anak Domba Allah; sebab melalui kebangkitan Kristus atas kematian, kita umat-Nya dapat dihantar kepada kehidupan kekal di Tanah Terjanji yang sesungguhnya yaitu Surga. Para Rasul kemudian menyebut hari kebangkitan Yesus, yang jatuh pada hari Minggu, sebagai Hari Tuhan. Maka penetapan hari Minggu sebagai hari Tuhan itu sudah ditetapkan sejak Gereja Perdana, dan bukan baru ditetapkan di zaman Kaisar Konstantin. ‘Paska’ mengacu kepada kebangkitan Kristus yang tak terpisahkan dari sengsara dan wafat-Nya sehingga Gereja menghubungkan misteri Paska dengan sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga.
Jadi perayaan Paska sebagai hari Kebangkitan Kristus dan penyebutan hari Minggu sebagai Hari Tuhan (the Lord’s Day), itu sudah dirayakan oleh Gereja sejak awal. Pelopor yang mempromosikan kembali perayaan Sabat dan bukan hari Minggu, adalah kedua pendiri sekte Anabaptist, yaitu Andreas Fisher dan Oswald Glait di tahun 1527, yang kemudian juga dilakukan oleh penganut Seventh- day Adventists sejak tahun 1844. Namun Gereja Katolik, dan sebagian besar gereja-gereja non-Katolik, tetap berpegang kepada apa yang telah dilaksanakan oleh Gereja selama berabad-abad sejak awal (sebagaimana dikatakan oleh St. Yustinus Martir (100-165), yang dikutip dalam Katekismus Gereja Katolik), yaitu merayakan Hari Tuhan pada hari Minggu, untuk memperingati hari kebangkitan Kristus, yaitu hari Paska, yang jatuh pada hari Minggu.
KGK 2174 Yesus telah bangkit dari antara orang mati pada “hari pertama minggu itu” (Mat 28:1; Mrk 16:2; Luk 24:1; Yoh 20:1). Sebagai “hari pertama”, hari kebangkitan Kristus mengingatkan kita akan penciptaan pertama. Sebagai “hari kedelapan” sesudah hari Sabat (Bdk. Mrk 16:1; Mat 28:1), ia menunjuk kepada ciptaan baru yang datang dengan kebangkitan Kristus. Bagi warga Kristen, ia telah menjadi hari segala hari, pesta segala pesta, “hari Tuhan” [he kyriake hemera, dies dominica], “hari Minggu.” Santo Yustinus menulis, “Pada hari Minggu kami semua berkumpul, karena itulah hari pertama, padanya Allah telah menarik zat perdana dari kegelapan dan telah menciptakan dunia, dan karena Yesus Kristus Penebus kita telah bangkit dari antara orang mati pada hari ini” (Apol. 1,67).
Atas dasar logika, bahwa kesaksian yang lebih dapat dipercaya adalah kesaksian dari orang-orang yang lebih dekat kepada kejadian yang terjadi, daripada perkiraan orang-orang yang terpisah sekian abad dari kejadian tersebut; maka kita dapat menyimpulkan bahwa ajaran Gereja Katolik jauh lebih dapat dipercaya daripada klaim sejumlah orang di abad akhir ini. Sebab dari catatan para Bapa Gereja abad awal, telah diketahui bahwa Paska dihubungkan dengan kebangkitan Kristus (walaupun tanpa dipisahkan dari sengsara dan kematian-Nya) dan dirayakan setiap hari Minggu. Kesaksian para Bapa Gereja ini jauh lebih kuat daripada wahyu pribadi sejumlah orang di abad -abad ini yang tidak dapat dikonfirmasi kebenarannya, ataupun prediksi sejumlah orang di abad-abad ini, yang biar bagaimanapun terpisah jauh dari pemahaman yang lengkap dan sesuai dengan keadaan sesungguhnya di abad pertama.
Perayaan Paska dapat dijumpai dalam berbagai komunitas. Telur yang dihias cantik dan kelinci Paskah menjadi ikon perayaan Paskah. Meski begitu, setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi unik dalam merayakan Paskah. Di Indonesia, meski perayaan Paskah tidak semeriah saat Natal, setiap gereja biasanya mengadakan lomba menghias juga berburu telur Paskah untuk anak-anak. Selain Indonesia, ada komunitas-komunitas lain juga memiliki aneka tradisi unik untuk menyambut dan merayakan Paskah. Berikut ini beberapa hal menarik yang bisa disampaikan berkenaan dengan bagaimana kelompok masyarakat tertentu merayakan Paskah:
Di beberapa kota bagian barat Finlandia, masyarakat setempat melakukan tradisi membakar api unggun pada Minggu Paskah. Dalam tradisi Nordik, api dipercaya sebagai penangkal penyihir yang terbang saat Jumat Agung dan Minggu Paskah.
Masyarakat Polandia merayakan Paskah dengan melakukan tradisi unik yang disebut Smingus-Dyngus. Pada Senin setelah Paskah, anak laki-laki akan melakukan tradisi ini dengan cara membasahi dan menyiram teman-teman mereka dengan berbagai cara, menggunakan pistol air mainan atau ember. Tradisi yang melegenda ini mengungkapkan bahwa ketika ada gadis yang berhasil tersiram, maka mereka dipercaya akan menikah di tahun ini. Siraman air tersebut melambangkan prosesi pembaptisan Pangeran Mieszko dari Polandia pada Senin Paskah tahun 966 SM.
Jika kebetulan berada di Perancis saat Paskah jangan lupa untuk membawa garpu. Karena pada setiap tahunnya, omelet raksasa akan disiapkan di alun-alun utama kota Haux, Paris. Omelet ini terbuat dar sekitar 4.500 butir telur ayam dan bisa disantap oleh sekitar 1.000 orang. Tradisi ini bermula ketika Napoleon dan tentaranya sedang bepergian melalui bagian selatan Perancis. Mereka kemudian berhenti di sebuah kota kecil dan menyantap omelet. Saking ia menyukai omelet, sejak itu Napoleon pun memerintahkan warga kota untuk mengumpulkan telur dan membuat omelet raksasa bagi pasukannya di hari berikutnya.
Di Corfu, Yunani, pada Sabtu suci, masyarakat akan melemparkan pot tanah liat serta gerabah lainnya keluar jendela mereka dan menghancurkannya di jalanan. Hal ini merupakan tradisi unik yang dilakukan masyarakat pulau Corfu, Yunani yang disebut Pot Throwing. Banyak orang yang mengatakan bahwa kebiasaan ini berasal dari Venesia, di mana masyarakatnya memiliki kebiasaan membuang semua benda lama mereka. Melalui tradisi Pot Throwing ini, masyarakat Yunani meyakini lemparan pot gerabah merupakan simbol penyambutan musim semi, dan melambangkan tanaman baru yang akan tumbuh dalam pot baru.
Paskah adalah waktu yang populer bagi masyarakat Norwegia untuk membaca novel kejahatan yang hanya keluar dalam rangkaian thriller Paskah yang disebut Passkekrimmen. Tradisi ini sudah dimulai sejak tahun 1923, ketika sebuah penerbit buku mempromosikan novel kriminal baru di halaman depan sebuah surat kabar. 
Di Italia dan Vatikan, pada Jumat Agung, Paus memperingati Crucis Via (Jalan Salib) di Colosseum. Sebuah salib besar dengan obor yang menyala akan menerangi langit. Doa Jalan Salib ini diucapkan dalam beberapa bahasa. Misa Paskah dirayakan saat Sabtu Suci dan Minggu Paskah. Pada waktu inilah ribuan pengunjung akan berkumpul di Lapangan Santo Petrus untuk menunggu berkat yang diberikan Paus dari balkon Gereja, yang dikenal sebagai "Urbi et Orbi" atau untuk kota dan dunia.
Jika ingin bepergian ke negara-negara Eropa timur seperti Ceko dan Slovakia saat Paskah, sebaiknya Anda sudah menyiapkan diri dengan kebiasaan berbeda di negara setempat. Termasuk di Ceko dan Slovakia dengan tradisi Senin Paskah. Di negara Eropa timur, terdapat tradisi di mana pria memukul perempuan dengan menggunakan cambuk buatan yang terbuat dari willow yang dihiasi pita. Menurut legenda, pohon willow adalah pohon pertama yang mekar di musim semi, sehingga cabang ini diharapkan bisa mentransfer vitalitas dan kesuburan bagi perempuan. Cambukan ini tidak dimaksudkan untuk menimbulkan rasa sakit.
Pada hari Kamis Putih di kota Verges, Spanyol, masyarakat sudah mulai melakukan berbagai perayaan Paskah dengan melakukan tarian tradisional Dansa De La Mort, atau tarian kematian. Untuk mengenang kembali kisah sengsara Yesus, semua orang menggunakan kostum kerangka dan berparade di jalan raya. Prosesi ini berakhir dengan kehadiran orang menggunakan kostum kerangka yang menyeramkan sambil membawa kotak abu. Tarian ini dimulai pada tengah malam dan berlanjut selama tiga jam sampai pagi hari.
Untuk merayakan Paska, selama lebih dari 130 tahun, The White House di Washington D.C., Amerika menyelenggarakan Roll Easter Egg di South Lawn. Kegiatan utamanya adanya menggulirkan sebuah telur rebus berwarna dengan menggunakan sebuah sendok saji yang besar. 

Sprinkling merupakan salah satu tradisi ala Hungaria yang paling populer saat Paskah. Tradisi ini dilakukan pada Senin Paskah, dan tradisi ini dikenal sebagai Ducking Monday. Para pria akan menyiram air wangi kepada anak perempuan. Penyiraman dan air ini dipercaya memiliki efek pembersihan, penyembuhan, kesuburan, dan rangsangan. Tradisi ini semakin bergeser, dengan mengganti penyiraman air dengan hanya menyemprotkan parfum, cologne atau air biasa.
Dalam Gereja Katolik, puncak perayaan Paska ditandai dengan rangkaian perayaan Pekan Suci. Pekan Suci dimulai dari perayaan Minggu Palma sampai Minggu Paska. Di antara Minggu Palma, ada perayaan Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci. Menjelang hari Minggu Paska, umat Katolik mengikuti perayaan Vigili Paska atau Tirakatan Menjelang Paska yang ditandai dengan perarakan Lilin Paska di gereja-gereja. Setelah hari Minggu Paska, Perayaan Paska dalam Gereja Katolik dilanjutkan selama 50 hari sampai Hari Raya Pentakosta. Selama Masa Paska, Gereja memiliki beberapa hari peringatan, antara lain: Minggu Kerahiman Ilahi (Minggu Paska II), Minggu Panggilan (Minggu Paska IV), Minggu Komunikasi Sosial Sedunia (Minggu Paska VI).

Sumber Pustaka:
http://www.katolisitas.org/apakah-arti-paskah-kematian-atau-kebangkitan/ Diakses 15 April 2016.
http://female.kompas.com/read/2012/04/07/10072044/tradisi.paskah.di.berbagai.negara. Diakses 15 April 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar