Sabtu, 24 Desember 2016

Mariologi Para Paus

Mariologi Para Paus adalah studi teologis berkenaan dengan peran Paus dalam perkembangan, perumusan, dan perubahan ajaran dan devosi Gereja terhadap Bunda Perawan Maria. Perkembangan ini telah berlangsung selama berabad-abad akibat berbagai sebab. Peran para Paus sangatlah penting dalam perkembangan ajaran dan kebaktian terhadap Bunda Perawan Maria. Mereka memberikan keputusan tidak saja dalam hal iman dan kepercayaan kepada Maria tetapi juga praktek dan devosinya. Paus mempromulgasikan berbagai hal penting berkenaan dengan iman dan kebaktian kepada Maria. Uraian berikut mencoba memberikan paparan bagaimana peran para Paus dalam perkembangan ajaran dan kebaktian terhadap Maria tersebut.

Leo I atau Leo Agung (440 – 461) menetapkan bahwa Mariologi (cabang ilmu Teologi yang mempelajari tentang Maria) selalu berkaitan erat dengan Kristologi (cabang ilmu Teologi yang mempelajari tentang Yesus Kristus).
Klemens IV (1265 – 1268) menciptakan puisi mengenai tujuh kebahagiaan Maria yang dianggap sebagai bentuk awal rosario Fransiskan.
Pius V (1566 – 1572) menerbitkan bulla Consueverunt Romani Pontifices (17 September 1569) yang menetapkan cara berdoa Rosario dan mengajak umat Katolik untuk berdoa Rosario demi kemenangan armada Katolik di Pertempuran Lepanto pada tahun 1571.
Klemens VIII (1592 – 1605) menetapkan kesalehan Maria sebagai dasar pembaruan Gereja; mengeluarkan bulla Dominici gregis (3 Februari 1603) untuk mengutuk paham yang menyangkal keperawanan Maria; merestui pendirian Kongregasi Maria; dan mendukung budaya Rosario dengan 19 bulla kepausan.
Klemens X (1670 – 1676) menetapkan indulgensi dan hak istimewa bagi lembaga religius dan beberapa kota untuk merayakan pesta Maria dan menghapuskan beberapa cara devosi kepada Maria.
Klemens XI (1700 – 1721) mempersiapkan dasar bagi dogma Maria Dikandung tanpa Noda serta menetapkan Peringatan Maria Dikandung Tanpa Noda dan Maria Ratu Rosario untuk dirayakan di seluruh dunia
Benediktus XIII (1724 – 1730) menetapkan beberapa indulgensi berkenaan dengan Doa Rosario dan Prosesi Rosario; menghapuskan Rosario Serafine pada tahun 1727; dan menetapkan Peringatan Maria Sapta Duka dan Maria Bunda Karmel untuk dirayakan di seluruh dunia.
Klemens XII (1758 – 1769) menetapkan Litani Loreto sebagai satu-satunya litani Maria yang boleh didoakan dan melarang penggunaan doa litani yang lain; mengizinkan Spanyol untuk menggunakan Maria Immaculata sebagai pelindung negara pada tahun 1770.
Benediktus XIV (1740 – 1758) menulis buku tentang peringatan-peringatan Yesus dan Maria; mendukung Kongregasi Maria; serta menetapkan tingkat indulgensi yang lebih tinggi kepada mereka yang berdoa Rosario.
Klemens XIV (1769 – 1775) memberi hak khusus kepada biarawan Fransiskan di Palermo untuk merayakan Pesta Maria Dikandung Tanpa Noda.
Pius IX (1846 – 1878) menerbitkan dogna Maria Dikandung Tanpa Noda pada tahun 1854.
Leo XIII (1878 – 1903) menerbitkan sebelas ajaran berkenaan dengan Maria (Supremi apostolatus officio tentang devosi Rosario - 1 September 1883; Superiore anno tentang pendarasan Rosario - 30 August 1884; Vi è ben noto tentang Rosario dan Kehidupan Publik - 20 September 1887;  Octobri mense tentang Rosario - 22 September 1891; Magnae Dei Matris tentang Rosario - 8 September 1892; Laetitiae sanctae tentang Pujian terhadap Rosario – 8 September 1893; Iucunda semper expectatione tentang Rosario – 8 September 1894; Adiutricem Adjutrix tentang Rosario – 5 September 1895; Fidentem piumque animum tentang Rosario – 20 September 1896; Augustissimae Virginis Mariae tentang Persaudaraan Rosario Suci – 12 September 1897; Diuturni temporis tentang Rosario – 5 September 1898); menggunakan kuasa Paus untuk mendukung pemuliaan Maria di tempat penampakannya; menerbitkan dokumen Parte humanae generi untuk mendukung ziarah ke Lourdes dan tempat ziarah Maria lainnya; menetapkan Perawan dari Montserrat sebagai pelindung Catalunia; menetapkan perayaan Medali Wasiat pada tahun 1894; melawan bidaah seputar Maria Dikandung Tanpa Noda; memberikan ajaran tentang hubungan Santo Yosef terhadap Maria dalam ensiklik Quanquam Pluries (15 Agustus 1889); mengajarkan Rosario sebagai salah satu jalan kepada Allah; memberikan ajaran Maria sebagai pengantara segala rahmat; dan menetapkan penggunaan skapulir dalam devosi kepada Maria.
Pius X (1903 – 1914) memberikan ajaran dalam ensiklik Ad diem illum bahwa Maria adalah Bunda semua orang sehingga ia harus dihormati sebagai Ibu.
Benediktus XV (1914 – 1922) mengirim banyak surat kepada para peziarah di tempat-tempat ziarah Maria; mengizinkan perayaan Maria Guadalupe di Mexico; menetapkan perayaan Maria Pengantara Segala Rahmat; meluruskan penyimpangan seputar pemanfaatan gambar dan patung Maria; menetapkan bulan Mei sebagai bulan devosi kepada Maria; dan memohon perlindungan Maria untuk dunia pada saat Perang Dunia I.
Pius XI (1922 – 1939) mengirimkan delegasi pada perayaan Maria di Loreto serta mengajak Gereja Ortodox untuk bersama memuliakan Maria  dan menyelesaikan skisma.
Pius XII (1939 – 1958) menempatkan masa kepausannya dalam perlindungan Maria; membahas dogma Maria Dikandung Tanpa Noda dalam ensiklik Mystici corporis (1943); mengangkat santo atau santa yang berdevosi mendalam kepada Maria; memberikan penghormatan khusus kepada Maria dari Fatima; menetapkan tahun 1954 sebagai Tahun Maria melalui ensiklik Fulgens corona (8 September 1953); menerbitkan ensiklik Le pèlerinage de Lourdes (2 Juli 1957) yang menyatakan ajaran yang kuat mengenai penampakan Maria dalam sejarah Gereja Katolik; mengajarkan dogma Maria Diangkat ke Surga (1 November 1950); menetapkan peringatan Hati Maria yang Tak Bernoda dan Maria Ratu; serta mendukung penelitian akademis atas kebaktian terhadap Maria.
Paulus VI (1963 – 1978) mencoba menampilkan ajaran tentang Maria dalam perspektif ekumenis; menggambarkan Maria sebagai jalan kepada Yesus dalam ensiklik Mense maio (1965); melalui ensiklik Christi Matri (1966) mengajak seluruh umat untuk berdoa Rosario bagi Perang Vietnam dan ketegangan akibat nuklir; memberikan ajaran untuk menyuburkan devosi Maria dengan pokok perhatian pada Rosario dan Angelus melalui anjuran Marialis Cultus (1974); mengajarkan bahwa Rosario adalah rangkuman dari Injil; serta menjadi Paus pertama yang berziarah ke Fatima pada ulang tahun kelimapuluh penampakan di Fatima.
Yohanes Paulus II (1978 – 2005) mempopulerkan kembali gelar Maria Bunda Gereja melalui ensiklik Redemptoris Mater (1987) dan menulis surat apostolik  Rosarium Virginis Mariae (2002) untuk memaparkan pujian kepada Maria seperti terungkap dalam motto pribadinya “Totus Tuus”.

Rangkaian ajaran para Paus ini menunjukkan betapa Maria dihormati dalam khasanah kehidupan Gereja Katolik. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Bunda Maria dihormati karena tempatnya yang istimewa dalam karya penyelamatan Allah. Dengan kemerdekaan pribadinya yang sempurna, ia menyatakan ketaatan yang utuh kepada Allah (Luk 1:38). Bagi Maria, kemerdekaan pribadinya sama persis dengan ketaatan yang utuh untuk menerima kehendak Alah.
Seorang beriman yang menyatakan sembah baktinya kepada Maria seakan-akan ingin menyatakan tiga hal ini. Pertama, ia menyatakan harapannya. Sebagaimana Bunda Maria telah mulia di surga, seorang beriman berharap akan masuk ke dalam kemuliaan yang sama. Kedua, ia menyatakan penyerahan dirinya. Sebagaimana Bunda Maria menemani para murid yang sedang mengalami kecemasan, ketakutan, dan ketidakpastian di awal hidup Gereja, seorang beriman yang berbakti kepada Maria menyerahkan diri kepada perlindungan Bunda Maria. Ketiga, ia menyatakan niat dan keinginan hati untuk meneladan Maria. Sebagaimana Maria bersedia menjadi alat di tangan Tuhan, seorang beriman ingin menyediakan diri digunakan oleh Allah untuk melaksanakan kehendakNya. Semoga, seperti para Paus yang telah memberikan ajaran dan penghayatan kebaktian kepada Maria, kita boleh belajar untuk melakukan tiga hal itu – berharap, menyerahkan diri, dan meneladan – dalam sembah bakti kita kepada Bunda Tuhan kita Yesus Kristus, Perawan Maria yang Tersuci.

Sembah bekti kawula, Dèwi Maria, kekasihing Allah, Pangéran nunggil ing panjenengan dalem. Sami-sami wanita Sang Dèwi pinuji piyambak, saha pinuji ugi wohing salira Dalem, Sri Yésus. Dèwi Maria, Ibuning Allah, kawula tiyang dosa sami nyuwun pangèstu dalem, samangké tuwin bénjing dumugining pejah. Amin.

Ave Maria, gratia plena, Dominus tecum,
benedicta tu in mulieribus, et benedictus fructus ventris tui, Jesus.
Sancta Maria, Mater Dei, ora pro nobis peccatoribus, nunc, et in hora mortis nostrae. Amen.

Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu;
terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.
Santa Maria, bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati. Amin.

Surakarta, 10 Oktober 2016                                                        Paulus Widyawan Widhiasta

Sumber Pustaka:
https://en.wikipedia.org/wiki/Mariology_of_the_popes
Mgr. Ignatius Suharyo. The Catholic Way, Kekatolikan dan Keindonesiaan Kita. Yogyakarta: Kanisius. 2009.

Sumber Gambar:
http://www.thecompassnews.org/wp-content/uploads/2014/11/1436cns-pope-allsaints1.jpgweb2.jpg
https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/62/db/03/ 62db03fba4a3d60b35b1116f1c86d578.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar