Senin, 18 Desember 2017

Pembinaan Rohani Susulan untuk Siswa-siswi Kelas XI yang Tidak Ikut Retret

Sehari setelah pemaparan program, Kerohanian Katolik dengan Kerohanian Kristen bekerjasama untuk melaksanakan program Pembinaan Rohani Susulan untuk Siswa-siswi Kelas XI yang Tidak Ikut Retret. Sabtu (19/08/2017),  Pembinaan Rohani ini dilaksanakan selama satu hari dan mengambil tempat di kompleks Gereja Kristen Jawa (GKJ) Kerten, Laweyan, Surakarta. Hari itu, para peserta dibimbing oleh Ibu Pendeta Magdalena Eli dari GKJ Kerten. Materi yang disampaikan beliau adalah materi penemuan diri. Materi ini menjadi dasar untuk pendalaman rohani agar setiap peserta menemukan hal-hal baik yang dapat mereka kembangkan untuk hidup di kemudian hari. Pagi itu, para peserta diajak untuk melihat ke dalam diri sendiri dan berpikir mengenai apa yang dapat dilakukan setelah memahami dirinya sendiri.


Setelah sesi materi penemuan diri, acara pembinaan rohani dilanjutkan dengan sesi outbond. Outbond ini dilaksanakan di seputar kompleks GKJ Kerten. Dengan cerdas, panitia mengolah sesi outbond ini dengan memanfaatkan situasi lingkungan sekitar. Permainan-permainan yang disajikan di dalam sesi outbond ini berhasil membangkitan kegembiraan bagi para peserta. Outbond merupakan sarana untuk menemukan pembelajaran sambil melakukan permainan-permainan. Manusia pada dasarnya adalah manusia yang bermain – homo ludens. Oleh karena itu, manusia harus bermain dengan serius agar tidak menjadi main-main. Dalam permainan outbond ini, peserta dibagi menjadi 4 kelompok. Dalam satu permainan, kadangkala ada dua kelompok yang bermain dan bersaing. Dalam permainan itu, ada 4 pos yang harus dilewati oleh masing-masing kelompok, yaitu Estafet Rafia, Apit Bola, Estafet Karet Bertepung, dan Estafet Air dalam Spons. 







Setelah bermain, masing-masing kelompok pun menuliskan nilai-nilai yang didapatkan melalui permainan itu. Berikut inilah catatan dari masing-masing kelompok:

Kelompok Kaos Polos menuliskan bahwa nilai yang mereka pelajari adalah kerjasama, kekompakan, dan kelincahan (Pos 1); kecepatan, kelincahan, dan kerjasama (Pos 2); konsentrasi (Pos 3); serta berani dan tepat dalam mengambil keputusan (Pos 4).

Kelompok Baju Kotak-kotak menuliskan bahwa nilai yang mereka pelajari adalah kerjasama dan kekompakan (Pos 1); kecepatan dan kelincahan (Pos 2); kerjasama dan ketepatan waktu (Pos 3); serta kerjasama, kekompakan, dan ketepatan dalam waktu (Pos 4).

Kelompok Baju Bunga-bunga menuliskan bahwa nilai yang mereka pelajari adalah kerjasama dan kekompakan (Pos 1); konsentrasi, kecerdasan, dan keseimbangan (Pos 2); konsentrasi, kelincahan, dan teknik (Pos 3); serta kerjasama dan kelincahan (Pos 4).

Kelompok Kemeja Polos menuliskan bahwa nilai yang mereka pelajari adalah kerjasama dan kesabaran (Pos 1); konsisten dan tanggung jawab (Pos 2); kejujuran dan kerjasama (Pos 3); serta kerjasama, kekompakan, dan kejujuran (Pos 4).

Setelah menjalani beberapa permainan, para peserta pun menutup kegiatan pembinaan rohani dengan sesi pengembangan diri. Sesi ini disampaikan oleh Penjaga Podjok. Dalam sesi ini, para peserta diajak untuk mendalami tema “Menjadi Terang dalam Kemuliaan Tuhan.” Tema ini tidak lepas dari visi Gereja untuk  membangun jemaat yang memiliki iman yang semakin mendalam dan tangguh. Iman yang Mendalam artinya mampu mengetahui imannya secara benar dan dapat menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan iman yang mendalam, orang mulai mau belajar tentang imannya sendiri serta menggunakan iman itu untuk semakin mengembangkan kehidupan diri sendiri maupun kehidupan orang lain. Iman yang mendalam diperlukan agar kita menjalani hidup dengan benar. Orang yang beriman mendalam selalu memiliki jawaban iman dalam menghadapi setiap masalah. Iman yang mendalam itu membuat manusia dapat mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Kehidupan orang yang beriman mendalam pasti berbeda dengan orang lain karena ia selalu melibatkan Tuhan dalam setiap persoalan hidupnya. Hidupnya tidak lagi berada di permukaan tetapi ia dapat menemukan kehendak Tuhan dalam setiap langkah hidup yang ditempuhnya. Satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah perubahan. Perubahan hidup menjadi lebih baik merupakan tanda dari pertobatan. Iman yang Tangguh artinya tahan terhadap segala tantangan dan godaan. Dewasa ini, banyak tantangan dan godaan yang hadir dalam kehidupan kita. Banyak arus zaman - seperti kenyamanan, kemalasan, kepraktisan, keinginan untuk dapat hasil besar tanpa berusaha – yang menjadi tantangan dalam kehidupan kita. Untuk itu, kita harus memiliki iman yang tangguh. Iman yang mendalam dan tangguh harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga orang secara konkret menjadi garam dan terang dunia.
Inspirasi Kitab Suci yang diambil adalah Kisah Musa (Kel 3:1-12). Musa menjadi teladan kaum muda yang terpanggil untuk melaksanakan kehendak Allah. Awalnya Musa ragu, tetapi dia kemudian mau untuk melaksanakan panggilan itu. Para peserta pembinaan rohani diajak untuk menjadi seperti Musa. Meskipun muda, setiap orang Kristiani diajak untuk menjawab panggilan Tuhan. Kemudaan bukan halangan untuk memenuhi panggilan Tuhan. Memang kadangkala kita yang muda merasa ragu, tetapi Tuhan akan membantu. Allah sendiri berjanji bahwa Ia akan mendampingi Musa yang akan diutus kepada bangsa Mesir. Ia memberikan tanda pengutusan kepada orang yang diutus dan dipilihnya (Kel 3:12). Allah membekali kita dengan berbagai kemampuan dan talenta. Temukan kekuatan dan keterbatasanmu. Kembangkan secara maksimal sehingga dapat menjadi berkat bagi sesama. Inspirasi Kitab Suci ini menjadi penting karena kaum muda saat ini menghadapi berbagai hal yang kadangkala tidak mudah, antara lain: pengaruh teknologi informasi yang tidak terbendung, budaya instan merajalela, jarang membaca, logika dan penalaran lemah, komunikasi lemah dan terbatas, kreativitas menurun, serta kemampuan untuk memecahkan masalah melemah. Situasi saat ini tampaknya mewakili apa yang dirisaukan oleh Albert Einstein, “Saya takut bahwa tampaknya telah tiba saat dimana teknologi melampaui hubungan antar manusia. Hal itu akan membuat dunia memiliki generasi idiot.” Hal ini membuat kaum muda bisa bertanya pada diri sendiri, “Bagaimana dengan kita? Akankah kita menjadi generasi idiot seperti yang diramalkan Einstein?” Kaum muda diajak untuk berbuat sesuatu bagi lingkungan sekitarnya. Soekarno mengatakan, “Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” 
Mari menjadi pemuda-pemudi yang memiliki terang untuk mengubah dunia menjadi lebih baik...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar